"...Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Kurang lebih begitulah bunyi sumpah pemuda butir ketiga.
Peristiwa sumpah pemuda sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini memberi bukti pada dunia bahwa bangsa Indonesia bertekad bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Berkat sumpah pemuda inilah Indonesia yang tadinya masih berupa ide menjelma menjadi konsep karena telah memiliki batasan yang jelas, yaitu ketiga butir sumpah pemuda di atas. Lalu, apa hubungannya dengan Teks Proklamasi sebagai Bukti bahwa Bahasa Indonesia adalah Bahasa Asing? Yuk kita simak penjelasan di bawah ini.
17 Agustus 1945 merupakan hari kemerdekaan Indonesia. Pada hari itulah bangsa Indonesia mendeklarasikan diri sebagai negara yang merdeka. Sejak saat itulah, setiap tanggal 17 Agustus masyarakat Indonesia merayakan hari kemerdekaan dengan berbagai macam rangkaian acara, salah satunya yaitu upacara bendera.
Tidak seperti upacara bendera yang biasa dilaksanakan setiap hari senin, pada upacara bendera peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dilaksanakan setiap tanggal 17 Agustus, terdapat pembacaan teks proklamasi. Ingatkah kalian bagaimana bunyi teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia? Kalau lupa, mari kita simak teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia berikut ini.
![]() |
Sumber gambar: Google |
Dari teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di atas, rasanya tidak ada kata-kata yang asing lagi di telinga masyarakat Indonesia kecuali ejaan yang masih menggunakan ejaan lama. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah. Kita masih bisa membaca dan memahami teks proklamasi tersebut dengan mudah. Tahukah Anda bahwa sebagian besar kata-kata di dalam teks proklamasi tersebut adalah bahasa asing?
Asing di sini bukan berarti hanya penggunaan bahasa "penjajah" melainkan juga penggunaan bahasa daerah dalam teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Jika ditelusuri, teks proklamasi ini merupakan suatu maklumat bangsa Indonesia kepada dunia tentang arti kebangsaan berharkat karena telah merdeka dari penjajahan. Akan tetapi, di dalam teks proklamasi ini justru banyak menggunakan serapan bahasa asing, bahkan kata proklamasi itu sendiri adalah serapan bahasa Belanda. Berikut ini adalah contoh penggunaan serapan bahasa asing dalam teks proklamasi yang ditulis oleh Alif Danya Munsyi dalam buku yang berjudul 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing.
Proklamasi : proclamatie (Belanda)
Nama : naam (Belanda)
Merdeka : maharddika ( Sanskerta)
Bangsa : Vamsa (Sanskerta)
Tjara : (Sanskerta)
Saksama : (Sanskerta)
Kami : gamily (Campa)
Menjatakan : nyoto (Jawa)
Kekoeasaan : kawasa (Sunda)
Atas : antes (Portugis)
Tempo : (Itali)
Sesingkat-singkatnja : (Cina)
Hal : (Arab)
Dan : (Jerman)
05 : (Kalender Showa, Jepang)
Agustus : (Kalender Masehi, Latin)
Jang : ia+ng (Austronesia)
Lain : liyan (Kawi)
Dari data di atas, lebih dari 60% kata-kata yang ada di dalam teks proklamasi merupakan serapan bahasa asing dan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Jika dilihat lebih jauh lagi, nama presiden dan wakil presiden pertama Indonesia Soekarno dan Hatta juga berbau bahasa asing, yaitu Soekarno dari bahasa Sanskerta dan Hatta dari bahasa Arab.
Demikianlah penjelasan mengenai bahasa Indonesia yang banyak menggunakan serapan bahasa asing dan bahasa daerah pada teks proklamasi. Walaupun banyak menggunakan serapan bahasa asing dan bahasa daerah, satu hal yang harus dibanggakan yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak kebudayaan dan bahasa daerah. Perdagangan dan penjajahan pada masa kolonial juga menambah keragaman bahasa Indonesia. Saya rasa penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan meskipun banyak terdapat serapan bahasa asing dan bahasa daerah cukup bijak karena bahasa Indonesia memang menyatukan berbagai macam bahasa daerah menjadi satu.
Coba bayangkan jika bahasa persatuan kita bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Jawa misalnya, tentulah rakyat Indonesia yang bukan berasal dari Jawa akan merasa cemburu. Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia tidak hanya Jawa, melainkan Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, dan masih banyak lagi. Semoga artikel ini bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya. Insya Allaah. ^^
Post a Comment