Apakah Anda pernah mendengar pepatah dalam bahasa Inggris yang berbunyi, "monkey see, monkey do?" Atau jika dalam bahasa Indonesia berarti seseorang yang meniru kebiasaan orang lain setelah mereka melihat kebiasaan orang tersebut sebelumnya. Bagaimana jika pepatah tersebut diganti "orangutan see, orangutan do?"

Salah satu pertanyaan yang sedang dicari oleh peneliti adalah bagaimana orangutan yang satu belajar dari orangutan yang lain. Penelitian ini dilakukan oleh Marietta Dindo, seorang primatologist yang mempelajari kebiasaan-kebiasaan orangutan dan disponsori oleh National Science Foundation (NSF). Dindo meneliti primata yang terancam punah ini untuk lebih memahami bagaimana sepupu jauh kera ini melihat dan belajar.

Yang menarik dan unik mengenai orangutan jika dibandingkan dengan manusia atau bahkan kera besar lainnya adalah fakta bahwa mereka merupakan hewan solitary but social.  Atau dalam bahasa Indonesia berarti kelompok sosial yang individunya mencari makan sendiri tetapi berbagi ruang tidur. Artinya, sebagai makhluk individu, terlepas dari interaksi ibu dan anak, mereka tidak memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dengan kelompok atau orangutan lainnya.

Sejak orangutan di alam liar sulit untuk diobservasi, Dindo merancang sebuah penelitian dengan binatang yang dikurung. Kita punya 13 orangutan pada saat penelitian. Dan ini memungkinkan kita untuk melihat apa yang kita sebut dengan rantai transmisi: individu yang belajar seperti dalam permainan telepon estafet. Si A mengatakan sesuatu pada si B. Si B mengulangi perkataan tersebut dengan si C, begitu seterusnya. Lalu bagaimana informasi tersebut diteruskan? Para peneliti ingin melihat apakah orangutan ini akan belajar atau tidak.

Dinto membuat sebuah kotak plastik kecil dengan sebuah pintu kecil dan menempelkannya ke jeruji kandang orangutan. Pintu kecil ini dapat digeser maupun diangkat. Kemudian para peneliti memberi mereka makanan melalui pintu. Terlepas dari metode apa yang digunakan orangutan untuk membuka pintu, mereka selalu bisa mendapatkan makanan di balik pintu tersebut. Ini berarti satu-satunya motivasi untuk menyesuaikan diri dengan metode yang satu dibanding metode yang lain adalah bagaimana seekor orangutan mengamati apa yang dilakukan orangutan lainnya.

Dalam demontrasi tersebut, orangutan betina yang bernama Madu segera menemukan caranya. Putranya, Dumadi kecil memperhatikannya. Akan tetapi dalam kasus ini, mama Madu sangat dominan. Dia menjelaskan bahwa meskipun mereka bisa meniru, penelitian lain menunjukkan bahwa kera hanya akan saling meniru saat ia menyajikan apa yang mereka butuhkan.

Menurut Dindo, sudah diketahui dari penelitian sebelumnya bahwa kera tidak benar-benar meniru tindakan yang tidak perlu jika mereka tahu itu tidak perlu.

Apakah perilaku orangutan tersebut menunjukkan kepada kita tentang bagaimana manusia berevolusi? Studi menunjukkan bahwa manusia tidak seselektif orangutan. Kita akan saling meniru hanya untuk menjadi bagian dari kelompok. Menurut Dindo, dalam diri manusia, mereka cenderung ingin melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain dan ini dimulai sekitar usia 3 tahunketika kita mulai mengidentifikasi diri kita.

Menurut Anda, apakah menjadi sama seperti orang lain itu cerdas? Jika ya, berarti Anda cerdas. Tapi jika Anda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan mendapatkan makanan Anda dengan cepat, maka itu juga sangat cerdas. Jadi tergantung Anda melihat dari sudut pandang mana.

Demikianlah penjelasan bahwa orangutan lebih cerdas daripada manusia karena orangutan meniru orangutan yang lain demi mendapatkan apa yang ia butuhkan. Sementara itu, manusia sering meniru orang lain tanpa ada urgensinya. Seringkali, manusia meniru hanya untuk dianggap menjadi anggota tertentu. Jadi, masih mau meniru orang lain?