Berapa banyak buku yang Anda baca dalam setahun? Apakah Anda termasuk orang yang suka membaca buku atau tidak suka membaca buku? Buku seperti apa yang Anda suka?
Kalau berbicara mengenai minat baca, hati saya langsung ciut. Saya sendiri belum banyak membaca. Tentu saja ini masalah besar, bagi saya dan bagi orang-orang yang menyadari akan pentingnya membaca. Salah satu jenis buku yang juga tidak banyak diminati orang untuk dibaca yaitu novel, dalam hal ini adalah novel-novel lama seangkatan Siti Nurbaya.
Ketika zaman SMP atau SMA Anda pasti pernah mendengar atau membaca sinopsis novel Siti Nurbaya. Tetapi tidak banyak yang membaca novelnya secara langsung dari halaman pertama sampai halaman terakhir, termasuk saya. Novel Siti Nurbaya justru baru saya baca ketika tahun kedua saya kuliah, itu pun karena jurusan saya Sastra Indonesia.
Banyak faktor yang memengaruhi kurangnya minat baca terhadap novel-novel angkatan Balai Pustaka. Di samping menggunakan ejaan dan gaya bahasa lama yang sulit dimengerti, juga beberapa konflik yang dihadirkan tidak relevan dengan kehidupan sekarang sehingga remaja kurang tertarik membacanya. Selain itu, kemajuan teknologi juga menjadi salah satu faktor lainnya, misalnya telepon seluler dan televisi. Penggunaan telepon seluler dan tayangan televisi saat ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, terutama remaja atau anak muda. Ambilah contoh tayangan sinetron Anak Jalanan, Ganteng-Ganteng Srigala, dan masih banyak lagi. Sinetron-sinetron tersebut banyak merebut hati pemirsanya, terlebih pemain-pemainnya tampan dan cantik.
Munculnya tayangan Salah Asuhan di RCTI merupakan salah satu ide bagus untuk mengenalkan novel karya Abdoel Muis kepada remaja. Tidak banyak remaja yang mengenal novel angkatan Balai Pustaka yang diterbitkan tahun 1928 tersebut. Oleh karena itu, mengadopsinya menjadi tayangan sinetron merupakan salah satu cara jitu untuk mempromosikan novel-novel "jadul" kepada remaja. Walaupun tidak ada jaminan bahwa remaja yang menonton sinetron Salah Asuhan kemudian akan membaca novelnya, tetapi setidaknya mereka bisa mengenali kandungan nilai budaya dalam novel Salah Asuhan tersebut berasal melalui tayangan televisi. Paling tidak, saat ini remaja tidak melulu menonton sinetron yang ceritanya itu-itu saja, yang tidak menunjukkan nilai budaya masyarakat Indonesia.
Sinetron Salah Asuhan yang diproduksi oleh MNC pictures ini diperankan oleh Dimas Aditya, Dinda Surbakti, Wendy Wilson, Ayu diah Pasha, Piet Pagau, Pierre Gruno, Dharti Manulang, Kenya Nindia Elsa, Husni Ramdan, Delano Daniel, Erik Ekstrada, dan Mono.
Post a Comment